https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgTJW-Zp8fBJURdHOGMjuHHjL0dz9-XyiuRsxs2sDxcglo5xdHjjES-lqpM2aSDbGzkKjuK2moHobyxb-m2uUp3sFVOFCamLv4OZ6a9BT7prAKvJ9_GEROqi-jA0uV_dnZ-FrWx3sGvUJJW8786ROyXg7gTFLWWDT6ERJxcURbUv5XtrgocIMrmx1k6NKg=s720

NUSANTARAEXPRESS, PAPUA - Dewan Gereja mencoba menutup-nutupi fakta bahkan mendukung aksi pelanggaran Hak  Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan penyerangan terhadap Misionaris di Distrik Biondoga, Intan Jaya, Papua.

Hal tersebut disampaikan Franz Korwa seorang Tokoh Papua saat menanggapi terkait penyerangan Pesawat Misionaris beberapa waktu lalu di Papua, Selasa (19/1/2021).

Franz Korwa juga mempertanyakan sikap Dewan Gereja Papua yang dinilai bukan sebagai kiblat yang bisa dijadikan contoh dan panutan.  “Saya perlu sampaikan ini karena ada upaya dari Dewan Gereja yang mencoba menutupi bahkan dugaan tersebut menguatkan mereka yang jelas mendukung pelanggaran HAM oleh OPM,” ungkapnya.

Franz menuturkan bahwa Dewan Gereja yang didalamnya berisi Socratez S. Yoman ataupun Benny Giay tersebut hanya berputar-putar dengan berbagai alasan untuk mengaburkan fakta bahwa KKB telah melakukan penyerangan keji bahkan terhadap elemen penyebar agama di Papua.

“Sebelum peristiwa ini, kita tahu kalau mereka (Dewan Gereja) selalu membuat kekhawatiran terhadap seluruh umat beragama di Papua dengan pernyataan-pernyataan yang cenderung memprovokasi, disana ada Socratez dan Benny Giay yang selalu bertingkah,” ujarnya.



Dikatakan oleh Franz bahwa Dewan Gereja tidak pernah bisa merealisasikan kedamaian di Papua lewat pendekatan agama, justru yang saat ini dikhawatirkan oleh Franz adalah indikasi bahwa Dewan Gereja mendukung kekerasan karena menjadi bagian dari separatisme di Papua.

[nextpage title="Next"]

“Apakah anggapan Dewan Gereja mengerucut pada dukungannya terhadap kelompok separatis ? Ini sama saja menjual agama demi kepentingan,” katanya.



Menurutnya, dalam menyikapi setiap aksi keji yang dilakukan oleh KKB, Dewan Gerja tidak pernah terdengar menyerukan pernyataan yang bertentangan. Bahkan dukungan buta pernah dilakukan oleh Socratez Yoman yang menepis pelaku penembakan terhadap WNA Selandia Baru Greame T. Wall pada Maret 2020. Padahal pasca kejadian, terbukti bahwa KKB merupakan pelaku penyerangan yang terjadi di Kuala Kencana, Timika.

“Lihat pernyataan Socratez waktu dia membela OPM atas penembakan karyawan Freeport. Namun berbeda dengan kasus-kasus lain yang menguntungkan pihaknya, pasti ramai suara dari kelompok penipu itu, sama sekali tidak pernah terdengar pernyataannya, padahal sudah jelas faktanya, videonya pun tersebar luas,” tegas Franz.



Frans pun menegaskan bahwa Dewan Gereja harus bisa menjadi penengah antar konflik yang terjadi di Papua. Ia meminta agar nilai agama tidak digunakan untuk membohongi rakyat atas kepentingan politik. Franz bahkan mendesak nama Benny Giay untuk mencoba bersuara memperlihatkan keangkuhannya seperti ketika dia diwawancarai oleh televisi swasta beberapa waktu lalu. (*)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.