Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat.
Karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan. Oleh sebab itu, seni tenun dalam masyarakat selalu memiliki ciri khas, dan merupakan bagian dari representasi budaya masyarakat tersebut. Kualitas tenunan biasanya dilihat dari mutu bahan, keindahan tata warna, motif, pola dan ragam hiasannya.
Adapun Songket merupakan karya seni kerajinan tangan orang melayu yang ditenun dengan adat-adat tradisional. Namun saat ini songket bukan hanya hasil tenunan yang dimiliki orang melayu saja, Batak Toba dan Karo juga memiliki kerajinan tangan menenun, hanya saja sebutannya yang berbeda. Pada Batak Toba disebut Ulos sedangkan di Suku Karo disebut Uis.
Untuk menghasilkan tenunan songket yang menarik biasanya dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Dikarenakan Kabupaten Labuhanbatu memiliki buah khas labuhanbatu berupa nenas panai yang sudah terkenal dan Kabupaten Labuhanbatu merupakan daerah yang memiliki seperlima perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara. Hal ini yang menjadi inspirasi pengrajin untuk membuat tenun songket bermotif Nenas dan Kelapa Sawit.
Pengrajin kini tengah melakukan inovasi untuk mengembangkan motif selain motifnenas dan kelapa sawit yaitu motif ikan terubuk khas labuhanbatu.
Tenun songket punya daya tarik tersendiri dan prestise yang tinggi bagi pemakainya dan sering menjadi seragam pilihan saat acara-acara besar seperti pesta adat pernikahan, acara resmi seperti wisuda dan acara lainnya. Songket juga menjadi prioritas sebagai penghargaan dalam suatu acara resmi Pemerintahan seperti pada acara kunjungan kerja (kunker) ke Kabupaten Labuhanbatu sebagai tanda penghormatan dan telah diterimanya dii Labuhanbatu.
Songket terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi, menjadikan Harganya pun begitu pantastis di bandrol mulai dari Rp. 600.000 hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan. Semakin rumit motif yang ada semakin mahal pula harganya.
Proses pembuatannya pun memakan waktu paling cepat seminggu apabila bahan-bahannya telah tersedia, begitu yang dikatakan Ibu Zuraidah, Pengrajin tenun songket khas Labuhanbatu yang beralamatkan di Jl. Meranti Kelurahan Padang Matinggi Kecamatan Rantau
Utara Kabupaten Labuhanbatu.
Selama ini hasil kerajinan tenun songket telah banyak dinikmati oleh peminatnya yang datang langsung memesan ke Ibu Zuraidah atau melalui Dekranasda Kabupaten Labuhanbatu.
Dalam pengerjaan tenunan songket sehari-hari, beliau dibantu oleh dua orang. Ibu Zuraidah belajar menenun songket dari orang tuanya dan telah menekuni kerajinan ini mulai duduk dikelas 4 Sekolah Dasar hingga kini terus menerus fokus mengajak generasi muda untuk
mewarisi kerajinan ini. Selama ini hasil karyanya sering digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk menyambut tamu kehormatan yang datang ke kabupaten Labuhanbatu.
Dengan semakin seringnya songket ini digunakan diharapkan Songket khas
Labuhanbatu ini semakin dikenal, masyarakat akan semakin lebih peduli dan bangga terhadap hasil karya lokal, dan usaha kerajinan tenun songket ini dapat menjadi lebih besar sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Kalau kita mau melakukan inovasi dan meningkatkan kreatifitas terhadap berbagai kerajinan tradisional yang kita miliki, tentunya kita juga akan mampu melahirkan berbagai produk kerajinan yang mampu bersaing dengan daerah lain. Dan diharapkan adanya pembinaan, pendidikan dan pelatihan bagi para pengrajin agar lebih mandiri dan berkualitas. (Rahmad)
Posting Komentar