Karanganyar, Aktual News – Sebanyak 9 bintara Polri Polres Karanganyar mengikuti pembaretan di Polres Karanganyar. Mereka adalah 9 di antara 11 bintara yang lulus dari rekrutmen bintara tahun 2020/2021, dua di antara mereka ditarik ke Polda Jateng.
Iptu Gatot Gondohartoyo, Kasat Samapta Polres Karanganyar mengatakan, mereka melakukan pembaretan setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Purwokerto selama 7 bulan. Dan khusus untuk pembaretan itu selama seminggu mengikuti pendidikan khusus dan dua hari satu malam mengikuti acara naik ke puncak Lawu.
‘’Setelah naik ke puncak Lawu barulah mereka sah diterima di Polres Karanganyar dan sekitar tiga tahun ini paling tidak mereka akan ditempatkan di Kesatuan Samapta Polres Karanganyar sebelum disebar ke berbagai kesatuan,’’ kata dia, Senin (25/10).
Pembaretan dilakukan langsung oleh Kapolres AKBP Muhammad Safii Maula dengan istri. Para bintara itu diguyur air kembang setelah itu dipakaikan baret Samapta Polri dan kemudian disuapi dengan nasi berkat.
Setelah selesai pembaretan, di depan senior mereka polisi-polisi muda itu memperagakan ketrampilan bongkar pasang senjata. Di depan mereka disediakan senapan jenis V2 yang sering dipakai polisi saat patroli dan tugas jaga markas.
Dengan mata tertutup mereka dengan tangkas membongkar dan memasang dengan sempurna senjata tersebut. Tidak sampai lima menit senjata sudah dibongkar dan dipasang ulang sehingga senjata tersebut siap digunakan lagi.
Selain bongkar pasang senjata mereka memperagakan senam tongkat dan senam borgol yang menggambarkan aktfits mereka sebagai samapta ketika mengamankan huru-hara dengan tongkat, serta saat melumpuhkan penjahat hingga diborgol.
Kapolres mengatakan tradisi pembaretan itu merupakan tradisi untuk menerima bintara secaba polri masuk ke medan tugas di masyarakat. Warga sudah menunggu bakti dan pengabdian polisi sebagai pengayom masyarakat.
‘’Anda dituntut betul untuk mengedepankan sikap terukur sebagai polisi. Kapan harus humanis dengan masyarakat, dan kapan harus tegas. Jangan sampai campur aduk atau tertukar peran karena tidak hati-hati. Kapan berhadapan dengan masyarakat dan kita polisi dituntut humanis, dan kapan harus tegas, kalau perlu harus dengan senjata ketika menghadapi penjahat sadis.’’
Dan semua itu harus terukur, artinya menurut situasi dan konisi. Jangan tertukar. Saat menghadapi mahasiswa yang demo malah mengeluarkan senjata, menangkap penjahat malah tangan kosong. Ingat, sekali salah menerapkan strategi, sikap, perilaku, nama korp menjadi taruhan. Pasti bukan saja oknum namun korp polisi tercoreng. Karena itu pandai-pndai terjun di masyarakat.
Sesaat setelah pembaretan ketangkasan mereka diuji, dengan mata tertutup membongkar pasang senjata senapan jenis V2 yang sering dipakai oleh polisi saat tugas patroli dan jaga markas. Dalam beberapa menit, mereka harus membongkar senjata dengan mata tertutup, lalu memasang lagi sampai sempurna. Tidak kurang dari lima menit senjata sudah kembali siap.[Red/Akt-51/Dawam ]
Aktual News
Posting Komentar